Di akhir tahun 2019, kita begitu antusias menunggu datangnya tahun 2020. Angka tahun yang cantik membuat kita bersemangat untuk menjalankan resolusi baru. Tahun baru, harapan baru, semangat baru, tujuan baru. Begitulah kira-kira. Namun apa daya, Tuhan berkata lain. Tahun 2020 adalah tahun penuh cobaan bagi umat manusia. Mulai dari kebakaran besar di Australia, banjir parah di Jakarta, ancaman perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang membuat waswas negara lainnya hingga yang sampai sekarang masih ada yaitu Covid-19.
Hingga tulisan ini dibuat, virus ini telah menginfeksi lebih dari 30 juta orang dan hampir 1 juta orang meninggal di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, sudah lebih dari 250 ribu orang terinfeksi dan 10 ribu orang telah kehilangan nyawanya. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga tahun 2021. Angka yang sungguh mengkhawatirkan. Namun virus ini tidak hanya menyerang kesehatan manusia tapi juga secara tidak langsung menghantam perekonomian hingga menyebabkan banyak kehilangan untuk negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.
Kehilangan apa saja yang dialami masyarakat Indonesia di masa pandemi ini?
1. Kehilangan kebebasan untuk berinteraksi secara langsung.
Covid-19 dapat menyebar dengan mudah melalui partikel kecil di udara, tetesan yang keluar dari batuk atau bersin dan permukaan yang telah terkontaminasi oleh virus tersebut. Oleh karena itu, kita disarankan untuk di rumah saja. Kita juga dilarang untuk berkumpul dan bertemu dengan keluarga dan kolega. Jika terpaksa harus keluar rumah, kita juga diwajibkan untuk memakai masker dan menjaga jarak minimal 1 meter. Banyak negara melaksanakan protokol lockdown atau PSBB. Ini semua harus dilakukan untuk menghindari penyebaran virus yang bisa memakan korban lebih banyak lagi.
2. Kehilangan mata pencaharian.
Dengan adanya larangan untuk keluar rumah dan berinteraksi dengan kolega, tentu saja area yang biasanya padat penduduk seperti pasar, supermarket, mall, bioskop, pertokoan, tempat wisata, dll harus mengalami penurunan jumlah pengunjung yang sangat drastis. Lokasi-lokasi tersebut menjadi sepi dan tidak ada pemasukan untuk pihak pengelola ataupun pemerintah daerah. Sektor penerbangan dan perhotelan juga sangat tertekan dengan adanya lockdown. Akibatnya banyak usaha yang omsetnya menurun tajam hingga harus gulung tikar, karyawan dirumahkan atau di-PHK. Banyak sekali orang yang terpaksa kehilangan mata pencaharian dan sumber pendapatan karena pandemi ini.
3. Kehilangan aset atau uang.
Karena banyak usaha yang harus menurun omsetnya atau gulung tikar dan banyak karyawan yang di-PHK, maka mau tidak mau mereka harus menggunakan dana darurat atau bahkan berhutang. Ada yang harus sampai menjual aset seperti properti, kendaraan, emas, saham, dll. Orang yang telah terinfeksi juga harus menghabiskan dana dalam jumlah besar untuk berobat agar tidak terjadi risiko yang tidak diinginkan. Semua itu terpaksa harus dilakukan agar bisa bertahan hidup.
4. Kehilangan nyawa.
Di Indonesia, jumlah kematian karena Covid-19 semakin meningkat setiap harinya. Banyak orang harus berduka karena kehilangan orang tersayang. Ada orang tua yang kehilangan anaknya, ada juga anak yang harus kehilangan orang tuanya. Kehilangan anggota keluarga tentu sangat menyakitkan, tapi meninggalkan anggota keluarga tanpa apa-apa untuk melanjutkan hidupnya tentu jauh lebih menyakitkan.
Ya, di tahun 2020 sebagian dari kita mengalami banyak cobaan dan kehilangan, tapi hidup harus tetap berjalan. Anggaplah semua ini sebagai pelajaran untuk kita sebagai manusia agar senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk selanjutnya, seperti mempersiapkan dana darurat, sadar asuransi, berinvestasi dengan bijak. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mengikuti protokol kesehatan, mengatur kembali finansial, mencari income tambahan dan mengurangi konsumsi yang tidak perlu. Seperti kata pepatah, semua yang datang pasti akan berlalu.
Ditulis oleh:
Denny S.Kom BIT
Financial Advisor
WhatsApp +6287766461150